Senin, 17 Oktober 2011

puntadewa dan baladewa, sebuah kontradiksi







sekilas saja ketika memandang kedua tokoh wayang diatas, yaitu wayang prabu baladewa dan prabu puntadewa kita akan tahu bahwa mereka punya sifat yang berlawanan. yaitu satu penuh kesabaran dan satulagi penuh dengan emosi. ya kita tahu prabu puntadewa sangat sabar sekali dan tidak mau menggunakan senjata sama sekali, sementara pabu baladewa adalah orang yang sedikit sedikit bisa marah. sedikit sedikit bisa emosi. bahkan bicara saja dengan nada tinggi tak bisa halus. tetapi kalo kita dalami lagi ada banyak lagi kontradiksi diantara dua tokoh ini.

ketika perang bharata yudha, justru prabu baladewa yang tidak mau untuk ikut berperang (versi india tidak menyebutkan ada paksaan dari kresna agar baladewa tak ikut perang). bahkan cuma negara mandura saja yang berani untuk tidak ambil bagian dalam epos perang terbesar itu. perang bharatayudha tak pernah membuat baladewa yang emosian itu untuk mau terjun ke dalam kancah berdarah itu. seemosi emosinya baladewa, dia tetap memilih untuk netral dan tidak terlibat sama sekali dalam perang bersaudara itu.



sementara itu prabu puntadewa walo sesabar sabarnya manusia, tetap terlibat bahkan menjadi pion pion utama dalam perang akbar ini. puntadewa ikut berperan dalam lakon bhisma gugur ketika meminta dengan menangis agar eyang bhisma mau menunjukan dimana titik kematiannya. dalam lakon drona gugur pun prabu puntadewa juga ikut berperan dengan berbohong ketika drona bertanya "apakah aswatama mati?", yang kemudian diiyakan oleh puntadewa dalam kebohongan. dan terahir puncaknya puntadewa turun laga dan membunuh prabu salya dengan menghadapinya di medan perang.

prabu baladewa juga mungkin sangat mudah marah, sehingga marah sudah menjadi suatu kebiasaanya. tetapi baladewa tidak pernah tiwikrama menjadi raksasa saking marahnya. bandingkan dengan puntadewa yg sangat sabar, tetapi begitu kesabarannya habis maka puntadewa bisa bertiwikrama menjadi raksasa putih yang lebih besar dr tiwikrama kresna. yang bisa menghancurkan khayangan dengan sekali gempur. mereka berdua sifatnya sangat kontradiktif, sangat bertolak belakang, tetapi itulah uniknya wayang. tempat untuk bercermin dan berkaca selalu.


Sabtu, 08 Oktober 2011

jayabaya membasmi hama



raden jayabaya sedang berbicara dengan punokawan di hutan gendhana. raden jayabaya sedang prihatin mencari dimana hilangnya tunangannya dewi sri sutiknawati yang diculik gandarwa. tiba tiba datanglah resi daneswara dan harya sugsara. sang resi meminta agar raden jayabaya mau membantu menghilangkan hama sawah dan tumbuh tumbuhan. sang raden menyanggupi dan segera berangkatlah ke areal persawahan di niladusa.

jayabaya mengetahui bahwa rusaknya tanaman karena dikeroyok oleh belalang dalam jumlah snagat banyak. raden jayabaya segera memakai minyak pranawa. seketika mengetahui sang raja belalang bernama prabu kithaka, maka terjadilah perang dimana raja belalang dan juga semua pengikutnya mengaku kalah. segera disuruh untuk membawa semua pasukan belalang untuk keluar dari areal persawahan disana. segera para belalang dan juga hama hama yg ada pergi meninggalkan persawahan tersebut.

tiba tiba ada cahaya terang jatuh didepan raden jayabaya ternyata ada pandita yang sowan. beliau memperkenalkan diri bernama resi kumbayana putra resi bratadi dari hastina. sang resi ingin ikut membantu sang raden untuk memberantas hama. tiba tiba ada babi bule ngamuk. terjadilah peperangan antara babi bule melawan raden jayabaya. babi bule kalah dan berusaha lari dikejar oleh raden jayabaya. kemudian masuk ke dalam wisma kencana. kemudian tampak disana duduk dewi pertiwi.

raden jayabaya segera menghaturkan sembah kepada dewi pertiwi dan diberi senjata berupa busur panah bernama tripusara, setelah menerima pusaka jayabaya dan anak buahnya segera melanjutkan pekerjaanya memberantas hama. segera naik ke gunung kandha dan perang dengan rajanya tikus rabu hiranwaka dan patih jinada. raja tikus dan pasukannya kalah, kemudian segera memberi petunjuk bagaimana mengolah sawah yang benar. setelah memberi petunjuk kemudian raja tikus dan pasukannya segera pergi.

kemudian raden jayabaya perang dengan raja burung, dipanah segera kembali ke wujud semua hyang emprit anjala segera menghilang, kemudian perang dengan raja celeng, dipanah segera kembali ke wujud semula hyang sungkara.

dengan sirnanya penghalang tadi maka resi kumbayana berkata bahwa didekat situ ada telaga yang menjadi sumber dari hidupnya para hama. maka segera mereka menuju ke telaga. telaga dicemplungi busur tripurusa. seketika telaga mendidih dan keluarlah hyang gundala seta. beliau mengatakan tobat kapok tidak akan mengganggu tanaman lagi. setelah diampuni segera hyang gundala seta menghilang. setelah selesai memberantas hama maka prabu jayabaya segera melanjutkan upayanya menemukan dewi sutiknawati.

Kamis, 06 Oktober 2011

lahirnya jayabaya


Raja gendrayana dari mamenang mengetahui istrinya kanjeng ratu widarbo dewi padmowati sudah hamil, sang istri meminta woh sumawarna. karena itu sang raja lalu menitipkan kerajaan mamenang kepada patih sutikna. kemudian sang raja dengan berganti pakaian kesatria dan berpamitan kepada dua istrinya segera keluar dari kedaton mamenang.

didampingi semar gareng dan petruk prabu gendrayana menghadap resi daneswara, untuk meminta petunjuk mengenai adanya woh sumawarna yang ada di gunung aswata tersebut. sang resi mengatakan memang benar ada wahyu ratu yang ada dalam woh sumawarna yang terdapat di gunung aswata tersebut. sang prabu meminta diantarkan untuk mendekati buah sumawarna tadi.

tiba tiba datanglah macan hitam yang langsung menggondol sang prabu gendrayana. maka terjadilah perang kembang antara macan hitam dan prabu gendrayana yang berahir dengan matinya sang macan. setelah matinya sang macan berubah menjadi hyang wisnu. dimana hyang wisnu memberikan kepada prabu gendrayana woh sumawarna dengan mengatakan bahwa inilah wahyu ratu tersebut. sang prabu gendrayana sangat gembira dan menghaturkan terimakasih kemudian pamit undur diri. hyang wisnu pun menghilang.

dalam perjalanan pulang rombongan prabu gendrayana dihadang oleh pasukan kerajaan hima himantaka dibawah pimpinan prabu drawayana. mengetahui prabu gendrayana berhasil mendapat woh sumawarna maka sang prabu drawayana meminta agar woh sumawarna tersebut diberikan. karena tidak dituruti oleh prabu gendrayana maka pecahlah pertempuran diantara mereka, pasukan hima himantaka dapat dipukul mundur. raja drawayana dikalahkan oleh prabu gendrayana dan memilih untuk melarikan diri.

sesampainya di mamenang prabu gendrayana menerima kunjungan rombongan saudaranya dari hatsina, yaitu rombongan prabu yudayaka yang juga dikenal sebagai prabu sudarsana bersama para istri. mereka datang hendak melihat seperti apa bentuk wahyu woh sumawarna. maka prabu gendrayana pun menunjukan seperti apa bentuk buah sumawarna tersebut. para tetamu semua melihat dengan sangat teramat kagumnya. kemudian buah tadi diberikan kepada istrinya dewi padmowati. buah tersebut kemudian dimakan lalu lahirlah jabang bayi yang kemudian di beri nama NARAYANA atau JAYABAYA.